Pelestarian Alam Dalam Perspektif Hindu dan Islam

Review Kunjungan Ke Pure Jagadnata Sorowajan Yogyakarta

(Kuliah Lapangan Agama Hindu Jurusan Perbandingan Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

    Dalam Islam kita mengenal tiga sasaran akhlak manusia. Pertama hablumminallah (akhlak terhadap Allah), hablumminannas (akhlak terhadap sesama manusia), dan hablumminalalam (akhlak manusia terhadap lingkungan sekitar). Akhlak terhadap Allah diwujudkan dengan ibadah-ibadah kita sebagai makhluk ciptaan Allah, dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Akhlak terhadap manusia diwujudkan dengan berbuat baik dan saling menolong terhadap sesama. Sementara akhlak terhadap lingkungan merupakan turunan dari posisi manusia sebagai kholifah di bumi ini. Kekhalifahan  menuntut  adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam.  Kekhalifahan  mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.

   Namun, kali ini kita akan mengupas sasaran akhlak manusia (istilah dalam Islam) tersebut pada agama Hindu. Yang kemudian akan kita lihat tanggapan baik oleh agama Islam maupun Hindu mengenai pelestarian alam, yang merupakan bagian dari salah satu sasaran akhlak manusia tersebut.

   Ada persamaan antara sasaran akhlak dalam Islam dan Hindu, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan lingkungan atau alam. Dalam agama Hindu hal ini dikenal dengan "Tri Hita Karana", yang berarti tiga penyebab kebahagiaan yang harus  menjadi  napas dalam kehidupan. Nyoman Warta selaku KABIMAS Hindu Depag Yogyakarta menjelaskan tiga penyebab kebahagiaan ini sebagai berikut. Pertama, adalah hubungan manusia  kepada Tuhan yang  diwujudkan dalam berbagai  bentuk pelaksanaan agama dan keagamaan, sehingga menimbulkan kebahagiaan batin yang  damai. Melaksanakan Sembahyang, upakara yadnya sebagai  bentuk visualisasi bhakti yang tinggi. Kedua, hubungan manusia dengan manusia selalu menjunjung nilai persaudaraan sejati, toleransi dan hidup rukun. Dan ketiga,  hubungan manusia dengan alam sudah barang tentu manusia harus mendekatkan diri dengan alam, karena manusia tidak bisa hidup tanpa alam. Semua yang kita makan, semua yang kita miliki adalah dari alam termasuk tubuh kitapun pada saatnya akan kembali pada alam yang  sesungguhnya.

   Keselarasan tiga hubungan ini akan memberikan kedamaian, keteraturan dan kebahagian hidup. Dalam Hindu, kehidupan seperti ini hendaknya didasari dengan Dharma Artha Kama Moksa. Dharma merupakan kebenaran/kewajiban yang hakiki harus dipahami dan dilaksanakan dalam kehidupan, kemudian artha (hasil) akan mengikuti dharma dengan sendirinya. Dan kama merupakan keinginan-keinginan mulya yang harus dikedepankan  sebagai pengabdian yang tulus, maka kebahagiaan hidup (moksanam ) akan tercapai.

   Selain itu, masih mengenai hubungan manusia dengan sesamanya dan lingkungan, dalam ajaran Hindu kita kenal dengan ajaran "Ahimsa". Ahimsa bearti tidak melakukan tindakan kekerasan, menyakiti, memfitnah dan sebagainya merupakan tindakan melanggar dharma, justru mengedepankan nilai-nilai humanisme sebagai rasa persaudaraan.

   Lebih lanjut ajaran Hindu mengenai hubungan manusia dengan lingkungan atau alam dengan bentuk pelestarian alam, Nyoman Warta menyebutkan bahwa Alam semesta/ibu pertiwi (khususnya) sebagai sapi perahan apa bila dijaga dan dirawat pasti memberikan berbagai keinginan manusia, tatapi  jika alam ini dirusak/diekploitasi akan  memberikan penderitaan kepada umat  manusia,  seperti banjir, tanah longsor, kekeringan  dan sebagainya. Maka alam semesta perlu dirawat dan dijaga sesuai dengan ajaran agama.   

   Kesimpulan akhir, bahwa dalam Islam maupun Hindu sama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai pelestarian akan alam. Dengan dasar ajaran yang hampir mirip yaitu berupa trilogi hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan alam. Dan sama-sama meyakini, keharmonisan akan ketiga hubungan tersebut akan mendatangkan keselamatan, kedamaian, dan ketentraman.