Begitu mendengar sepintas kata “punk”, yang terbayang dipikiran kita adalah “punk” merupakan salah satu jenis genre musik atau “punk” adalah komunitas kaum muda dengan fashion dan gaya hidup nyeleneh, dan senang bertindak kriminal. Namun, bila kita mencoba melihat dari sudut yang lebih dalam, punk merupakan gerakan anak muda yang menganut paham anti kemapanan, kesetaraan dan bersifat bebas tapi bertanggung jawab, sebagai bentuk perlawanan terhadap penindasan. Jika yang menindas kebetulan pemerintah, maka mereka melawan atau menolak pemerintahan. Begitu pula dengan kapitalisme, mereka melawan kapitalisme yang telah menindas kaum lemah dan hanya merupakan surga bagi pemilik modal semata. Kaum Punk mengekspresikan bentuk perlawanan tersebut melalui musik, fashion dan gaya hidup mereka yang khas, dan semua itu merupakan simbol perlawanan terhadap hegemoni para penindas.
Dari segi historis, Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris sekitar awal tahun 1970an. Konteks lahirnya sub-budaya ini adalah karena kegelisahan para kaum muda –khususnya dari kelas pekerja- dimana mereka mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Kemudian sekelompok kaum muda ini membentuk komunitas yang diberi nama Punk, kemudian mereka berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar, beat yang cepat dan menghentak. Kemudian gerakan ini berkembang pesat dan mulai menjamur di berbagai pelosok dunia ini, tidak terkecuali di Indonesia.[1]
Sedangkan Punk dari segi ideologinya, sejauh pembacaan penulis terhadap karya-karya tulis mengenai Punk, penulis menemukan dua (2) pendapat mengenai ideologi yang dianut oleh kaum Punk. Pertama, ada yang menyebutkan bahwa ideologi Punk adalah anarkisme. Dalam kamus ilmiah, anarki berarti tidak ada pemerintahan (penguasa) atau undang-undang, kekacauan, tindakan sewenang-wenang (tidak mengindahkan peraturan).[2] Secara istilah, anarkisme atau dieja anarkhisme yaitu suatu paham yang mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang menumbuh suburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan, beserta perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan.[3]
Singkatnya, dengan menggandeng anarkisme sebagai ideologi, kelompok punk ingin menciptakan suatu keadaan tanpa pemerintahan dan tanpa aturan-aturan, karena menurut mereka, pemerintahan dengan segala bentuk dan produknya, lebih bersifat menindas/mondominasi daripada menciptakan tatanan masyarakat yang ideal. Kelompok punk berasumsi, pada dasarnya manusia itu baik tanpa harus diatur oleh sebagian yang lainnya. Mereka menjunjung tinggi kesetaraan antar individu dan kebebasan individu yang bertanggung jawab.
Kedua, ada pula yang menyebutkan bahwa Punk menjadikan sosialisme sebagai ideologinya. Inti dari ideologi sosialisme, adalah pengahapusan kelas (struktur) dalam kehidupan manusia. Semua memiliki kedudukan dan hak yang sama (setara). Hal ini sejalan dengan paham kesetaraan dari kaum Punk.
Tidak salah bila yang pertama terbayang akan kaum Punk adalah lebih dikenal melalui dandanan, aksesoris, gaya busana yang khas, karena hal tersebut merupakan identitas kaum punk. Dengan begitu kita dapat membedakan kaum Punk dengan masyarakat lainnya dari segi fisik. Artinya, ketika kita melihat ada sekelompok orang yang kumal, rambut mohawk, memakai sepatu boot, jaket dan gelang penuh dengan spike, celana jeans ketet robek-robek, memakai anting-anting, tindikan, kalung rantai dsb, kita dapat langsung mengenali dan menyimpulkan bahwasanya mereka adalah kaum Punk. Namun, disisi lain ada pula yang menyatakan yang terpenting adalah jiwa punk, bukan ber-style punk.
a. Nyetreet
Nyetreet atau lebih dikenal dengan istilah Street punk adalah ketika individu punk turun ke jalan dan merasakan perih-perihnya (penderitaan) orang yang hidup di jalan. Sehingga seorang Punker dapat lebih menjiwai prinsip-prinsip Punk pada dirinya.
Namun adapula yang mengartikan nyetreet berarti melakukan perjalanan mengunjungi komunitas punk yang berada di wilayah berbeda.
b. Gaya Busana
Gaya busana kaum Punk identik dengan berpenampilan kumal seperti tidak pernah mandi, rambut mohawk, memakai sepatu boot, jaket dan gelang penuh dengan spike, celana jeans ketet robek-robek, memakai anting-anting, tindikan, kalung rantai dsb.
Gaya busana ini yang menjadi identitas mereka. Mereka mengekspresikan kebebasan mereka melalui gaya busana dan aksesoris punk sebagai simbol pemberontakan terhadap kaum kapitalis, dan sebagai simbol kebebasan yang menolak aturan-aturan yang ada. Mereka mengaburkan batas kewajaran dalam berbusana sebagai bentuk apresiasi diri yang merupakan simbol gerakan perlawanan mereka terhadap kaum kapitalis.
c. Ngamen
Ngamen yang lazim dilakukan oleh kaum Punk bertujuan untuk lebih mempelajari dan memahami ideologi punk. Ngamen merupakan salah satu bentuk ekspresi perlawanan anak punk terhadap kaum kapitalis. Mereka ingin menunjukkan bahwa dengan modal seadanya yakni gitar kecil saja, suara mereka sudah bisa dijual. Hal ini merepresentasikan keyakinan mereka, yaitu we can do it our selves (kita dapat melakukannya sendiri). Singkatnya, kaum Punk mampu mencari uang tanpa harus mengeluarkan modal yang cukup besar untuk rekaman.
d. Mengkonsumsi alkohol
Mengkonsumsi minuman beralkohol sudah menjadi rutinitas yang biasa bagi para kaum Punk. Kebiasaan nongkrong (scane) para kaum Punk, tidak lengkap tanpa adanya minuman beralkohol. Dengan prinsip kebebasan mereka (indikatornya, “aku punya kebebasan tapi aku tidak merugikan orang lain”). Mereka menganggap minum-minuman beralkohol sah-sah saja, selamat tidak mengganggu kebebasan orang lain. Ironi, disatu segi mereka memiliki ideologi yang patriotik, namun segi yang lain, mereka merusak citra mereka menjadi negatif dengan kebiasaan mabuk-mabukan tersebut.
e. Musik
Gaya musik Punk identik dengan keras, mengehentak, beat dan lyric sederhana. Musik juga merupakan simbol perlawanan bagi kaum Punk. Hal ini dapat kita cermati dari lyrik-lirik lagu mereka, yang sarat kritik terhadap pemerintahan.
Ada satu hal yang menarik bila kaum Punk mengadakan konser musik mereka. Para penonton akan melakukan dansa Pogo, mengikuti lantunan lagu. Dansa Pogo yaitu saling manghantam, meninju, atau tertinju bahkan hingga berdarah, mengikuti tempo musik mereka yang ngebeat. Hal ini mereka anggap hal biasa, dan tidak menimbulkan dendam di antara mereka. Karena mereka memaknai hal tersebut sebagai bentuk penghayatan terhadap musik mereka.
[1] Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Punk di akses tanggal 3 Mei 2011
[2] Widodo dkk. Kamus Ilmiah Populer, (Yyogyakarta : Absolut, 2002), hlm. 24.
[3] Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Anarkisme di akses tanggal 3 Mei 2011
[4] Lihat, Khasanah, Gaya hidup komunitas punk di Yogyakarta, Skripsi, fak Ushuluddin Uin Sunan kalijaga, 2008. Hlm. 49
Tidak ada komentar:
Posting Komentar